Menu

19 April, 2009

Tarian Ular dan Sejarah Pigapu

Artikel ini kupersembahkan untuk Bpk Ronaldo Rozalino selaku Guru Art Of Culture in SMA Pintar Kab. Kuantan Singingi...


Papua
, SEPERTI masyarakat dari suku Kamoro pada umumnya, seluruh warga Pigapu telah lama memeluk agama Katolik. Mereka percaya kekuasaan dan hukum-hukum Tuhan berlaku pada kehidupan sehari-hari mereka.

Meski kepercayaan terhadap agama yang mereka anut itu tetap dipegang teguh, leluhur orang Pigapu mendapat tempat istimewa di hati mereka.

Penghormatan -- bukan pemujaan -- terhadap leluhur yang menurunkan sejarah asal-usul warga Pigapu itu mereka tuangkan dalam bentuk Tari Ular.

Oleh karena itu, masyarakat Pigapu menganggap tarian ini sakral dan keramat. Banyak syarat yang diberlakukan di sepanjang proses berlangsungnya pergelaran tari ini. Termasuk di antaranya tidak sembarang orang boleh turut ambil bagian dalam kegiatan tertentu pada proses awal hingga berakhirnya tarian ini.

Mengapa ular yang dipilih?

Jawabannya ada pada penjelasan Yohannes Mapareyau, kepala suku masyarakat Komoro di Pigapu berikut ini.

Konon, demikian kata Yohannes, leluhur orang Pigapu bernama Mapuru Puau. Pada masa kecilnya, kehidupan Mapuru Puau sungguh menyedihkan. Ia kerap kelaparan dan untuk makan harus menunggu belas kasihan orang lain. Untunglah banyak warga desanya yang menyayangi Mapuru Puau.

Tanpa menyebutkan keadaan hidupnya saat beranjak remaja dan dewasa, kisah hidup Mapuru Puau lalu melompat ke saat ia telah beristri. Seperti keluarga-keluarga Komoro lainnya, Mapuru Puau dan istrinya kerap pergi ke hutan untuk memangkur sagu. Suatu hari ketika keduanya sedang memangkur sagu, Mapuru Puau terpisah dari istrinya karena ia ditangkap oleh seekor ular yang amat besar. Ular itu melilit tubuhnya. Sang ular berjanji akan melepaskan lilitannya bila Mapuru Puau bersedia tidak menyantap suatu jenis ikan seumur hidupnya.

Mapuru Puau akhirnya dibebaskan oleh ular dan kembali ke istri dan kampungnya. Namun sayang, suatu kali ia lupa akan janjinya kepada ular dan melanggar pantangan tersebut. Akibatnya ia pun meninggal.

Menurut Yohannes, Mapuru sebetulnya tidak meninggal melainkan menghilang di suatu tempat yang kini persisnya berada di tepi jalan aspal yang menghubungkan Mapuru Jaya dan Timika. Lokasinya ditandai dengan undak-undakan semen dari tepi jalan tersebut.

Di tempat sejarah -- begitu tempat hilangnya Mapuru Puau ini biasa disebut -- itulah Yohanes pada suatu Rabu (16/3) datang menghadap leluhurnya. Ia meminta izin dan memohon keselamatan kepada leluhur agar Tari Ular yang digelar tiga hari lagi berlangsung lancar tanpa aral melintang. Yohannes menyampaikan permohonannya dengan suara lantang kepada Mapuru Puau yang diyakini berada di suatu tempat di hutan di seberang kali yang ada di hadapannya.

Prosesi yang dilakukan keesokan harinya adalah mencari kayu untuk patung ular yang akan dibawa dalam tarian. Mereka yang boleh mengambil kayu dan mengukirnya hanyalah orang-orang yang dipercaya sebagai pemegang adat. Dalam hal ini, pemegang adat adalah keturunan langsung Mapuru Puau. Bila hal ini dilanggar, pelakunya bisa jatuh sakit atau mengalami kesusahan dalam hidupnya. Rombongan pencari kayu patung pada hari itu dipimpin oleh Liborius yang mengaku sebagai keturunan ke-12 Mapuru Puau.

Lokasi pohon yang dituju tidak jauh, masih di wilayah hutan Pigapu sendiri. Kayu yang akan diambil adalah Kaukurako, sejenis kayu ringan yang berwarna putih. Sebelum Liborius menebang, ia meletakkan tembakau dan daun sirih sebagai semacam persembahan bagi leluhur. Dengan suara lirih, ia menjelaskan maksud kedatangannya kali itu. Dari pohon setinggi kurang lebih 10 meter, kayu yang diambil untuk patung hanya sekitar 1,5 meter saja.

Merakit ular

Pengukiran kayu menjadi patung ular kali ini berlangsung di rumah panggung besar, tempat pusat kegiatan Kamoro Kakuru biasa berlangsung. Saat patung ular itu dibuat, masyarakat diizinkan menyaksikannya. Bahkan pada saat bersamaan, di rumah panggung itu, sejumlah pengukir Komoro di Pigapu mempertunjukkan keahlian mengukir mereka. Kanisius Tarsisius Maneyau membuat perisai sementara Yosep Moyap membuat tongkat. Di sisi lain, istri Yosep, Pan Gratia, asyik menganyam tikar.

Liborius membentuk kepala ular dengan bantuan adik dan keponakan-keponakannya. Mereka saling berbagi tugas. Ada yang memotong-motong kawat (dari jeruji payung rusak) untuk gigi, mengeluarkan bubuk elektrolit hitam dari batu baterai untuk mewarnai tubuh ular, ada pula yang memotong bagian positif baterai untuk dijadikan mata sang ular.

Di sisi lain, tampak kesibukan orang-orang yang menjahit dan menyambung karung-karung plastik. Karung ini akan dibentuk menjadi selongsong tubuh ular setelah diisi dengan serpihan kayu gergajian.

Bila bagian-bagian tubuh ular bisa dipasang atau dirakit beberapa hari sebelum tarian dipertunjukkan, tidak demikian halnya dengan bagian mata ular. Bagian ini justru dipasang paling akhir, beberapa saat menjelang pergelaran tari. "Mata melambangkan kehidupan," jelas Liborius. Ketika mata dipasang ke patung ular, roh ular itu diyakini akan hidup dan mengikuti warga.

Karena tarian baru digelar dua hari kemudian, patung ular tanpa mata ini disimpan lebih dulu. Penyimpanan dilakukan oleh pemegang adat saja.

Hari keramaian

Pergelaran tarian khusus atau ritual tertentu merupakan salah satu saat bagi warga setempat untuk mengenakan pakaian-pakaian tradisional serta hiasan khas mereka. Bukan saja para penari yang hadir di tempat acara melainkan juga warga yang sekadar menonton. Di berbagai penjuru dekat lokasi rumah besar, tampak sejumlah warga masih asyik menghias diri. Kaum perempuan berkumpul dengan sesamanya, begitu pula dengan kaum lelaki. Satu sama lain tak segan saling membantu rekannya berhias.

Jangan bayangkan aksesori mereka diperoleh dari tempat-tempat khusus. Bahan-bahan aksesori itu justru bisa didapatkan dengan mudah dari alam di sekitar mereka. Mereka sama sekali tidak perlu membelinya, dan mampu membuat sendiri semuanya.

Hiasan kepala dari bulu burung kasuari dan cendrawasih, misalnya, berasal dari burung yang berhasil mereka tangkap sendiri. Hiasan lainnya berupa kain aneka corak yang digunakan sebagai hiasan cawat, cawat/bawahan dari daun sagu yang telah dikeringkan, serta janur daun sagu yang dililitkan di kepala, tangan maupun kaki. Tak ketinggalan, sajah dan bagian tubuh lainnya dilumuri kapur putih dan tanah merah.

Adakah arti hiasan-hiasan tersebut? "Tidak ada arti khusus, ini sekadar hiasan yang bisa digambarkan di mana saja," jelas Yohanes sang kepala suku.

Untuk kaum perempuan, mereka tak lupa memanfaatkan bunga warna cerah yang ditemui di tepi jalan saat menuju lokasi tarian. Warna merah bunga sepatu ini tampak kontras saat menjadi hiasan di rambut mereka.

Sebelumnya, sebagai tanda di situ ada acara, seseorang meniup sepotong buluh yang mengeluarkan suara lenguhan keras. Mbiti, demikian nama alat itu, memang serbaguna. Selain mengundang kehadiran warga, mbiti kerap dipakai orang-orang yang pergi ke hutan untuk memanggil anggota keluarga mereka pulang karena sore telah tiba.

Sesaat menjelang tarian, Liborius memasuki kamar penyimpanan patung ular untuk memasangkan bagian matanya. Di luar rumah panggung, tifa ditabuh bertalu-talu diiringi pekikan berirama. Kaum perempuan mulai mendekati lokasi sambil menari. Kedua kaki mereka digerakkan ke kiri ke kanan sesuai irama tifa.

Saat ular dikeluarkan, sosoknya sekilas seperti hidup. Warna hitam sisiknya terlihat begitu mengilat. Lidah merah yang terbuat dari pita plastik merah tampak menjulur dari mulut ular. Suasana berubah senyap. Bahkan sayup-sayup terdengar suara perempuan menangis. "Dia teringat pada penderitaan Mapuru Puau saat tersiksa oleh belitan ular," bisik Yohannes saat melihat warganya sedang mengucurkan air mata itu.

Hanya pemegang adat yang boleh membawa ular tersebut. Selanjutnya, tarian ular yang digelar menggambarkan sejarah orang Pigapu.

Orang Pigapu meyakini merekalah pemilik sejarah terbesar dan, terlengkap mengenai asal-usul mereka. Meski demikian, pada kunjungan ke Desa Kaugapu di Kecamatan Mapuru Jaya beberapa hari sebelumnya, kami menemukan adanya keyakinan serupa bahwa warga desa itu juga keturunan Mapuru Puau.

Setelah tarian selesai dipertontonkan, ular itu disimpan kembali. Menurut adat orang Pigapu, patung ular yang pernah dimainkan tidak boleh disimpan selamanya. Tubuh ular kemudian dipreteli hingga sosoknya sebagai ular tak bersisa lagi.

Keesokan harinya, Liborius datang mengambil ular, mengambil matanya lalu menguburkan tak jauh dari tempat acara tarian dipergelarkan kemarin. Tak lupa ia kembali memasukkan tembakau bersama potongan tubuh ular sebelum menguburnya. Ia kemudian membaca doa pengantar roh supaya kembali ke rumahnya semula di tempat sejarah. (Utami W Hussin)

(sumber: media indonesia)

Reog Ponorogo

Artikel ini kupersembahkan untuk Bpk Ronaldo Rozalino selaku Guru Art Of Culture in SMA Pintar Kab. Kuantan Singingi...

my INDONESIAReog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.

Sejarah
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok , namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan “sindiran” kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai “Singa Barong”, raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50kg hanya dengan menggunakan giginya. Populernya Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Kertabumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer diantara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru dimana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan ‘kerasukan’ saat mementaskan tariannya .
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.
Pementasan Seni Reog
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar,
Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.

01 April, 2009

Bill Gates

Bill Gates

Bill Gates pada World Economic Forum di Davos, 2008
Lahir 28 Oktober 1955 (umur 53)
Seattle, Washington
Tempat tinggal Bendera Amerika Serikat Amerika serikat
Pekerjaan Chairman of Microsoft
Co-Chair dari Bill & Melinda Gates Foundation
Suami/Istri Melinda Gates (1994–sekarang)
Anak Jennifer Katharine Gates (1996), Rory John Gates (1999) dan Phoebe Adele Gates (2002)
Situs Bill Gates
Bill Gates dilahirkan di Seattle, Washington dari William Henry Gates, Jr., seorang pengacara, dan Mary Maxwell, pegawai First Interstate Bank, Pacific Northwest Bell dan anggota Tingkat Nasional United Way. Gates belajar di Lakeside School, sekolah elit yang paling unggul di Seattle, dan meneruskan berkuliah di Universitas Harvard, tetapi didrop out.
William Henry Gates III lahir pada tahun 1955, anak kedua dari tiga bersaudara dalam keadaan sosialnya terkemuka di Seattle, Washington. Ayahnya seorang pengacara dengan perusahaan yang punya banyak koneksi di kota, dan ibunya seorang guru, yang aktif dalam kegiatan amal. Bill seorang anak yang cerdas, tetapi dia terlalu penuh semangat dan cenderung sering mendapatkan kesulitan di sekolah. Ketika dia berumur sebelas tahun, orang tuanya memutuskan untuk membuat perubahan dan mengirimnya ke Lakeside School, sebuah sekolah dasar yang bergengsi khusus bagi anak laki-laki.
Di Lakeside itulah pada tahun 1968 Gates untuk pertama kalinya diperkenalkan dengan dunia komputer, dalam bentuk mesin teletype yang dihubungkan dengan telepon ke sebuah komputer pembagian waktu. Mesin ini, yang disebut ASR-33, keadaannya masih pasaran. Pada intinya ini sebuah mesin ketik yang selanjutnya siswa bisa memasukkan perintah yang dikirimkan kepada komputer; jawaban kembali diketikkan ke gulungan kertas pada teletype. Proses ini merepotkan, tetapi mengubah kehidupan Gates. Dia dengan cepat menguasai BASIC, bahasa pemograman komputer, dan bersama dengan para hacker yang belajar sendiri di Lakeside, dia melewatkan waktu ber-jam-jam menulis program, melakukan permainan, dan secara umum mempelajari banyak hal tentang komputer. "Dia adalah seorang 'nerd' (eksentrik)," sebagaimana salah seorang guru memberikan Gates julukan itu.
Sekitar tahun 1975 ketika Gates bersama Paul Allen sewaktu masih sekolah bersama-sama menyiapkan program software pertama untuk mikro komputer. Seperti cerita di Popular Electronics mengenai "era komputer di rumah-rumah" dan mereka berdua yakin software adalah masa depan. Inilah awal Microsoft.
Semasa ia belajar di Harvard, ia dan Paul Allen menulis perangkat lunak Altair BASIC untuk Altair 8800 dalam dasawarsa 1970. Altair merupakan komputer pribadi pertama yang sukses. Diberi inspirasi oleh BASIC, sebuah bahasa komputer yang mudah dipelajari dan ditulis di kolese Dartmouth untuk mengajar, versi Gates dan Allen kemudian menjadi Microsoft BASIC, bahasa komputer terjemahan yang utama untuk sistem operasi komputer MS-DOS, yang menjadi kunci pada kesuksesan Microsoft. Microsoft Basic pada nantinya dijadikan Microsoft QuickBasic. Versi Microsoft QuickBasic yang dijual tanpa kompiler QuickBasic dikenal sebagai QBasic. QuickBasic juga dijadikan Visual Basic, yang masih popular hingga masa sekarang.
Dalam awal dasawarsa 1970, Gates menulis Surat Terbuka kepada Penghobi (Open Letter to Hobbyists), yang mengejutkan komunitas yang mempunyai hobi pada komputer dengan menyatakan bahwa ada pasaran komersial untuk perangkat lunak/software dan bahwa software tidak layak dikopi dan digandakan tanpa izin penerbitnya. Pada masa itu, komunitas tersebut dipengaruhi kuat oleh dasar radio hamnya dan etika hacker, yang berpendapat bahwa innovasi dan pengetahuan patut dibagi oleh komunitas pengguna komputer. Gates kemudian mendirikan Microsoft Corporation, salah satu perusahaan paling sukses di dunia, dan memimpin arah kepada pembukaan industri software komputer.
Gates juga mendapat reputasi yang tidak baik untuk caranya berdagang. Satu contoh ialah MS-DOS. Pada akhir dasawarsa 1970, IBM berencana untuk memasuki pasaran komputer personal dengan komputer personal IBM, yang diterbitkan pada 1981. IBM memerlukan sistem operasi untuk komputernya, yang direncanakan dapat mencakup dan mengelola arkitektur 16-bit oleh keluarga chip x86 Intel. Setelah berunding dengan sebuah perusahaan lain (Perusahaan Digital Research di California), IBM bertanya kepada Microsoft. Tanpa memberitahu tentang ikatan mereka dengan IBM, eksekutif-eksekutif Microsoft membeli sebuah system operasi x86 dari perusahaan Seattle Computer seharga $50,000. (Ada kemungkinan Microsoft dilarang IBM untuk memberitahukan tentang ikatannya kepada orang awam) Microsoft kemudian melisensikan sistem operasi ini ke IBM (yang menerbitkannya dengan nama PC-DOS) dan bekerja dengan perusahaan komputer untuk menerbitkannya dengan nama MS-DOS, pada setiap system komputer yang dijual.
Rencana Microsoft amat sukses tetapi digugat oleh Seattle Computer karena Microsoft tidak memberitahukan mengenai ikatannya dengan IBM untuk membeli system operasi itu dengan murah; oleh sebab ini, Microsoft membayar uang kepada Seattle Computer, tetapi tidak mengakui kesalahannya. Reputasi Gates kemudian lebih diburukkan oleh tuntutan dakwaan monopoli oleh Departemen Keadilan A.S. dan perusahaan-perusahaan individu yang menentang Microsoft dalam akhir dasawarsa 1990.
Dalam dasawarsa 1980 Gates gembira atas kemungkinan penggunaan CD-ROM sebagai media penyimpanan dokumen, dan mensponsori penerbitan buku CD-ROM: The New Papyrus yang mempromosikan ini.
Tidak dapat disangkal bahwa Bill Gates telah melakukan beberapa kesalahan dalam bisnis softwarenya. Hal ini terbukti dengan beberapa dakwaan yang diarahkan kepadanya berkaitan dengan cara - cara bisnis yang melanggar undang-undang bisnis Amerika Serikat, misalnya monopoli Internet Explorer pada sistem operasi Windows.
Pada tahun 2000, Bill Gates mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO dan memandatkannya kepada kawan lamanya, Steve Ballmer. Gates kemudian memilih untuk kembali ke profesi lamanya yang ia cintai yaitu sebagai pencipta perangkat lunak. Kini Bill Gates menjadi Kepala Penelitian dan Pengembangan Perangkat Lunak di perusahaannya sendiri, Microsoft Corp.
Dalam kehidupan pribadinya, Gates menikah dengan Melinda French pada 1 Januari 1994. Mereka mempunyai tiga orang anak, Jennifer Katharine Gates (1996), Rory John Gates (1999) and Phoebe Adele Gates (2002).
Dengan istrinya, Gates telah mendirikan Bill & Melinda Gates Foundation, sebuah yayasan sosial filantropi. Para kritikus mengatakan ini merupakan pembuktian terhadap kemarahan orang banyak tentang atas praktik monopoli dan adikuasa perusahaannya, tetapi mereka yang dekat dengan Gates berkata bahwa ia telah lama berencana untuk menyumbangkan sebagian besar hartanya. Pada tahun 1997 koran Washington Post menyatakan bahwa "Gates telah menyatakan bahwa dia memutuskan untuk menyumbangkan 90 persen daripada hartanya semasa dia masih hidup." Untuk meletakkan ini dalam perspektif yang benar, sumbangan ini, walau apa sebabnya, telah menyediakan uang yang amat diperlukan untuk beasiswa universitas kaum minoritas, menentang AIDS dan sebab-sebab lain, kebanyakannya isu-isu yang biasa tidak dipedulikan oleh komunitas penderma, seperti penyakit-penyakit yang biasa kita lihat di dunia ketiga. Dalam bulan Juni 1999, Gates dan istrinya mendermakan $5 milyar kepada organisasi mereka, pendermaan yang paling besar dalam dunia oleh individu-individu yang hidup.
Pada tahun 1994, ia membeli Codex Leicester, sebuah koleksi naskah manuskrip Leonardo da Vinci; pada tahun 2003 koleksi ini dipamerkan di Museum Seni Seattle.
Pada tahun 2005, Gates menerima penghargaan kesatriaan (Knight Commander of the Order of the British Empire Kehormatan) dari Ratu Elizabeth II.
Pada 27 Juni 2008, Gates mengundurkan diri dari sebagian besar jabatannya di Microsoft (namun tetap bertahan sebagai ketua dewan direktur) dan mengkonsentrasikan diri pada kerja kedermawanan melalui yayasan yang didirikannya, Yayasan Bill & Melinda Gates.